ADS

Peninggalan berupa istana merupakan bukti sejarah yang sangat penting ketika berjayanya suatu kerajaan atau kesultanan pada eranya. Istana adalah symbol kekuatan sosial-politik kehidupan suatu bangsa. Dalam artikel ini penulis akan mengulas kisah tentang Asi Mbojo dalam rangkaian secarik kertas yang berupa beberapa foto-foto pada masa lalu dan kini.

Asi atau Istana dalam bahasa Bima di ambil dari kata yang berarti “mengeluarkan”, dimana segala kebijakan dan perintah dari para Raja dan Sultan dikeluarkan di Asi. Penyebutan Asi juga mempunyai makna sebagai symbol suci bagi Suku Mbojo, yang dimana kepercayaan mereka bahwa roh suci para leluhur hinggap di atap-atap istana dan hingga kini istana sangat keramat bagi masyarakat Bima, berikut ulasan singkat dan foto-foto Asi dari tahun ke tahun :


Foto Asi Tahun 1899

Pada foto ini terlihat Sultan Ibrahim yang sedang berbincang dengan rakyatnya, dan Asi kelihatan tampak modern dengan atapnya dari kayu dan ukiran-ukiran di tiang pintu, foto ini di ambil oleh seorang tim dari ekpedisi Siboga yang bernama Carl Weber, yang singgah di Bima pada pada tahun itu. Dilihat dari bentuk dan gaya arsitekturnya tampak istana ini mempunyai ciri gaya dari Bima itu sendiri, dengan adanya “Sampana” atau tangga yang menjulur kedepan rumah.


Istana ini peninggalan dari Sultan Abdul Hamid (1773-1817) yang dikenal dengan gelar anumerta Ma Ntau Asi Saninu (yang mempunyai istana cermin), dalam Bo Bumi Luma Rasana`e dicatat penyebutan Istana digunakan berkali-kali, di mulai sebuah pagar di bangun di sekeliling istana, atapnya diganti dengan kayu, dan yang tercatat pada naskah Bo Bumi Luma Rasanae “Waktu Sultan masuk istana baru pada 010681, meriam istana ditembakkan sebelas kali” (Iman dan Diplomasi, Serpihan Sejarah Kerajaan Bima). Upacara besar-besaran diadakan ketika Sultan Abdul hamid memasuki istana pada 14 Februari 1781.

Menurut dari beberapa sumber lisan sejarahwan lokal bahwa Asi ini dilanda kebakaran sekitar tahun 1900-an, dengan terjadinya kebakaran Asi ini, beberapa naskah aksara asli Bima juga ikut terbakar, hingga beberapa perabotan berharga istana juga ikut raib ketika huru hara kebakaran itu terjadi.


Foto Asi Tahun 1920-an

Asi (istana) ini diperkirakan dibangun pada tahun sekitaran 1900-an oleh Sultan Ibrahim, tampak terlihat dua mobil terparkir didepan istana dan tiga orang berpose. Tidak begitu banyak catatan mengenai Asi ini tapi banyak terdapat dokumentasi acara Kesultanan yang berasal dari tahun 1920-an, dari dokumentasi tersebut yang tersimpan di koleksi KITLV seperti acara penganugehrahan Silver Star kepada Raja Bicara Abdul Hamid dan Djeneli Sila pada tahun 1925.

Banyak juga dari berbagai koleksi Tropen Museum mengenai Istana ini yang di ambil oleh juru foto militer Hindia Belanda, kebanyakan di foto tampak dari samping barat semua, gaya arsitektur bangunan istana ini sudah dipengaruhi gaya semi permanen modern ala Eropa dan di ruang tengah masih menggunakan rumah panggung ciri dari arsitektur Bima. kemudian Asi ini dirubah pada tahun 1927 oleh Sultan Muhammad Salahuddin.


Foto Asi Tahun 2013

Asi Mbojo dijadikan sebagai pusat sentral pemerintahan Kesultanan Bima sejak mulai dibangun pada tahun 1927 hingga selesai tahun 1930, gaya arsitektur dari Asi Mbojo ini bercorak Eropa, Melayu dan Bima. terlihat di teras depan ruang terbuka yang ciri dari “Sampana” modern yang sangat luas, dimana dulunya dijadikan sebagai tempat pertemuan Doho Sara maupun penerimaan tamu kenegaraan.

Istana ini di bangun oleh seorang Arsitek yang berasal dari Ambon bernama Rehatta (mungkin marga) dan datang di Bima tidak diketahui tahun berapa. Dari beberapa sumber bahwa Rehatta adalah kepala kantor Openbare Werken pemerintah Hindia Belanda atau sekarang menjadi PU (Pekerjaan Umum), dan ada juga versi lain mengenai Rehatta, yaitu beliau dibuang oleh Belanda di Bima karena memberontak.

Pengerjaan Asi Mbojo memakan waktu tiga tahun lamanya, Rehatta juga di bantu oleh Bumi Jaro yaitu pejabat kepala pertukangan Kesultanan pada waktu itu. Pembangunan dilakukan secara bergotong-royong. Luas dari bangunan Asi ini yaitu 824 meter persegi (6x18) berlantai dua. Ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 1980 oleh Bupati Bima H. Umar Harun, kemudian difungsikan sebagai museum pada 10 Agustus 1989.

Oleh Fahrurizki



2 comments Blogger 2 Facebook

  1. Luar biasa, mengenal Bima lewat gambar tempo dulu. semoga generasi sekarang dapat meneladani sejarah kebesaran kesultanan Mbojo.

    BalasHapus

 
Mbojoklopedia © 2013. All Rights Reserved. Powered by Jelajah Bima
Top