ADS

“Gerbang Emas” begitulah tulisan pada portal papan selamat datang di Desa Santong, Plampang, Sumbawa. Ketika awal memasuki view Teluk Saleh, mungkin tulisan pada portal tersebut ada benarnya, karena ketika memasuki Desa Santong bakal awal dimulainya sajian keindahan Teluk Saleh yang eksotik hingga di ujung timur Napa - Dompu.

Perjalanan dari Sumbawa Besar menuju Bima tak pernah membosankan bagi saya, apalagi menggunakan sepeda motor akan semakin menambah perjalanan itu sangat seru. Bagaimana tidak, hamparan keindahan yang menakjubkan bakal dijumpai terus dalam perjalanan.

Mentari Pagi di ujung Desa Labuhan Haji
Perjalanan saya mulai pada jam 5, Sabtu (22/4/2016) pagi, setelah tadi malam menginap di Pom Bensin Empang dikarenakan kemalaman untuk melanjutkan perjalanan menuju Bima. setelah mengisi bensin di Pom tersebut, perjalanan dimulai dan kamera disiapkan, didepan bakal banyak keindahan dan aktifitas para nelayan dan petani yang di jumpai bakal menarik buat hunting foto HI (Human Interest).


Saat memasuki Labuhan Jambu, salah satu desa yang letaknya di ujung kota Empang di tepian teluk Saleh, sambutan mentari pagi begitu indah merekah dengan sinar keemasan yang hangat menyinari para nelayan yang bersiap melaut.

Setelah mengambil beberapa foto di Labuhan Jambu, perjalanan dilanjutkan dengan perlahan menyusuri aspal yang berliku-liku di tepian teluk. Lima menit perjalanan saya tiba di Dusun Pindang view teluk disini juga tak kalah indahnya, di ujung utara teluk tampak gunung Tambora yang masih tidur terlelap dihiasi langitnya yang memerah oleh sinar mentari pagi.

Di Pidang hanya sebentar, perjalanan dilanjutklan kembali. Si Alam dan At sudah melaju sangat cepat karena ada kegiatan yang bakal di hadiri oleh Alam di Bima yang tak kalah pentingnya, sehingga mengharuskan saya sendirian dalam perjalanan. Sendirian ditemani oleh keindahan pagi cukup sangat terbayarkan akibat tertinggal oleh mereka, sepanjang jalan sambil menikmati keindahan teluk di kirinya dan di kanan keindahan ladang-ladang jagung juga tak kalah bagusnya.

Jam tangan menunjukkan pukul 7.30 pagi, akhirnya sampai juga di perbatasan antara Sumbawa dan Dompu. Di perbatasan terdapat warung dan beberapa hunian juga Musholla yang menghadap ke arah teluk. Karena warung masih tutup, akhirnya sarapan dengan Pizza kebetulan masih ada dalam tas yang kemarin sore dibeli di kota Mataram.

Dari perbatasan memasuki Desa Kwangko aktifitas masyarakat agak ramai, anak-anak berseragam sekolah bersepeda memadati pinggir jalan. Di desa ini saya tidak sempat singgah, tapi di ujung desa terdapat spot yang sangat menakjubkan, di spot tersebut view pulau Ngali di salah satu pulau yang terdapat dalam teluk Saleh sangat mempesona, pohon-pohon tampak hijau dan laut yang tenang, disitu saya istirahat hanya beberapa menit untuk menikmati view yang menakjubkan itu.

Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Nanga Tumpu, jam menunjukkan pukul 8.40 pagi dengan agak sedikit santai mengemudi, sangat disayangkan jika perjalanan sepanjang teluk saleh dari Plampang hingga Nanga Tumpu dilakukan dengan cepat karena keindahan bakal banyak dijumpai.
Sebelum memasuki Nanga Tumpu, saya menyempatkan singgah juga sembari beristirahat di Napa, disini juga terdapat satu warung makan dan disebelah selatan warung juga terdapat barugak kecil yang bisa menjadi tempat beristirahat untuk menghilangkan capek dan pegal-pegal perjalanan.

Teluk Saleh masuk dalam dua wilayah, sebelah selatan masuk di Sumbawa dan sebelah utaranya masuk Dompu, juga terdapat beberapa pulau yang indah-indah seperti Pulau Moyo dan Pulau Nisa Pundu.
View Teluk Saleh dari atas Nanga Tumpu
Teringat satu tahun yang lalu di tempat ini pada suatu sore, senja disini sangat memukau mata membuat kemilau teluk Saleh menggelora mempesona, nama teluk Saleh sendiri dari beberapa versi cerita, yang menarik bagi saya yaitu dahulu kala sebelum gunung Tambora meletus pada tahun 1815, dikisahkan seorang ulama yang bernama Saleh dibunuh dan dibakar oleh Raja Tambora karena mengusir anjing kesayangan sang raja yang sedang bermain di dalam Masjid, mendengar hal itu kemudian Raja memerintahkan para pengawalnya untuk mengundang makan sang Ulama tersebut di istana.

Setelah ulama sampai dihadapan raja, beliau dihidangkan daging anjing yang dicampur dengan kambing, mengetahui hal itu ulama marah dan membuat tersinggung sang raja, lalu sang raja memerintahkan pengawalnya untuk membunuh ulama itu, sebelum di bunuh sang ulama itu mengutuk Raja beserta Kerajaannya bakal musnah dan terjadilah letusan gunung Tambora. Jasad ulama dibakar dan abunya di buang diteluk oleh para pengawal raja sehingga nama teluk Saleh berasal dari nama ulama tersebut.

Akhirnya perjalanan saya lanjutkan kembali dan harus berpisah dengan teluk Saleh yang sudah  menemani sepanjang perjalanan. Setelah dari Napa kemudian menuju nanga Tumpu, titik terakhik tempat untuk bisa menikmati teluk dari atas ketinggian kurang lebih 800 mdpl. Dari atas Nanga Tumpu view keseluruhan teluk Saleh juga tidak kalah indahnya, biru lautnya dan hijaunya ladang orang-orang yang bermukim ditepian teluk akan memukau mata.(Traveller Kampung)



0 comments Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
Mbojoklopedia © 2013. All Rights Reserved. Powered by Jelajah Bima
Top