ADS

Paska letusan Tambora, sekitaran 1820 hingga 1860 penyebaran opium atau candu leluasa di Pulau Sumbawa. Dipastikan keuntungan besar bagi kompeni serta importer tionghoa dan Inggris memasok Opium di pulau tersebut. Tren hidup para bangsawan dan pejabat tinggi kerajaan menggunakan opium menular pada masyarakat kebawah, layaknya Pulau Jawa ketika itu, yang menjadi pusat opium di Nusantara.

Pengguna Opium di Jawa tahun 1900 (Sumber : KITLV)

Kondisi pulau Sumbawa sangat memprihatinkan pada tingkat kecanduan opium, dari beberapa catatan Botani Jerman yang bernama Reinwardt, dia menulis kondisi Sultan Ismail yang sangat memprihatinkan akibat kecanduan opium serta Kesultanan Sumbawa yang menjadi lahan besar untuk pemasaran opium, ketika itu opium adalah barang lazim yang digunakan, selain memberikan keuntungan besar juga sangat dicari oleh para pecandu.


Perang candu yang semakin membunuh para pemakainya dirasakan oleh Sultan Dompu, karena dia menganggap candu sangat merugikan dan membuat orang bermalas-malasan. Hingga dapat mengundang kriminalitas pada kerajaannya, Sebelumnya pengguna candu hanya dilakukan oleh para pangeran muda.

Dalam catatan Van Hoevell seorang pendeta dan negawaran asal Belanda di tahun 1859, dia menilai bagaimana hebatnya Sultan Dompu memagari kerajaannya dari pengaruh candu saat itu. “Sultan Dompo sangat rajin menjaga dan melarang opium di negaranya”  tulisnya dalam bukunya Tijdschrift voor Nederlandsch Indie.

Bukan hanya opium yang dilarang oleh Sultan Dompu saat itu, juga berbagai macam hal-hal yang merugikan masyarakatnya seperti sabung ayam, perkelahian dan judi kerap dilarang keras, tulis Van Hoevell.

Dilihat dari catatan Van Hoevell dari tahun 1859, bisa dipastikan waktu itu yang menjadi Sultan di Dompu adalah Sultan Muhammad Salahuddin yang dikukuhkan pada tahun 1857 menjadi Sultan Dompu ke XVI menggantikan ayahnya Sultan Abdul Rasul.

Paska Tambora penduduk di Dompu sangatlah sedikit kata Van Hoevell bukan seperti kerajaan-kerajaan tetangganya Sumbawa dan Bima, sejak tahun 1825 mengalami perubahan moral yang baik, kata Van Hoevell.

Pelarangan penggunaan candu di Pulau Sumbawa gencar dilakukan oleh Raja Bicara Muhammad Yakub, yang menilai bahwa opium selain merugikan kesehatan juga sangat merugikan kas Negara, memberikan keuntungan pada bandar opium. Banyak pertentangan Raja Bicara dan Sultan Bima ketika itu bersitegang pada kebijakan perdagangan yang dinilai Muhammad Yakub sangat menguntungkan pihak asing.


Oleh : Fahrurizki




2 comments Blogger 2 Facebook

  1. Kalau boleh tau Siapakah nama kesultanan dompu?
    Karna sy melihat di sebutkan dlm tulisanya.

    BalasHapus
  2. Kalau boleh tau Siapakah nama kesultanan dompu?
    Karna sy melihat di sebutkan dlm tulisanya.

    BalasHapus

 
Mbojoklopedia © 2013. All Rights Reserved. Powered by Jelajah Bima
Top