Java Menor yang berarti Jawa Kecil tertulis pada peta tersebut yang bertarikh tahun 1596 diterbitkan oleh Cornelis Claesz di Amsterdam. Jan Huyghen van Linschoten yang telah menyalin peta tersebut bekerja sebagai sekretaris Uskup Agung Portugis di Goa, India. Namun tidak disangka bahwa peta tersebut menjadi kunci pelayaran Cornelis de Houtman sukses membuka jalur pelayaran Belanda menuju timur Nusantara untuk mencari rempah-rempah.
Peta oleh Girolamo Ruscelli, yang dibuat di Venice tahun 1598, dimana Java Menor digambar di tengah berdekatan dengan Malaka. (sumber : raremaps) |
Dalam peta Linchosten termuat lima port (pelabuhan) di Jawa kecil yaitu dari ujung timur pulau disebutkan Ganapc, Bima, Aram d Aura, Pecare dan Deba. Kelima nama tersebut bisa di identifikasikan yaitu port Genapc kemungkinan adalah pulau Gunung Api Sangyang, port Bima tak lain adalah pelabuhan kerajaan Bima, lalu port Aram d Aura adalah gunung Aram-aram yang tak lain nama dari gunung Tambora kemudian Pecare yang kemungkinan besar adalah pelabuhan di sekitaran wilayah kerajaan Pekat dan Deba posisinya tepat di wilayah kerajaan Sumbawa.
Pada tahun 1596 ketika itu tampuk kekuasaan kerajaan Bima di pegang oleh Mantau Asi Peka atau Raja Salisi yang dikukuhkan sebagai Raja pada tahun 1590 masehi. Ketika Raja Salisi berkuasa banyak terjalin hubungan dagang bersama Belanda yang tercatat dalam Daghregister hingga tahun 1620.
Pada abad 16 juga dalam peta pelayaran Barbarossa menyebut pulau Sumbawa dengan nama Java Menor yang juga berarti Jawa Kecil, juga terdapat dalam peta yang dibuat tahun 1522 oleh Laurent Fries juga disebutkan Java Minor yang merujuk dari peta pelayaran Marco Polo abad 13.
ketika pelayaran Tome Pires tahun 1512 bahwa dia menduga pulau Sumbawa terbagi dalam dua pulau yaitu Byma dan Cimbava. Namun lain halnya pada peta yang dibuat oleh Girolamo Ruscelli tahun 1598, Java Menor (Pulau Sumbawa) diletakkan di tengah-tengah wilayah timur Nusantara berdekatan dengan Malaka, namun peta tersebut tidak begitu akurat dalam standar peta modern.
Memasuki awal abad 17, dalam peta yang dibuat di Amsterdam tahun 1612 oleh Barent Langenes, pulau Sumbawa berganti menjadi “Lava Minor” dalam peta tersebut ditulis empat fort utama yaitu mulai dari ujung timur Bima, Aram d Avara, Pecate, dan Dobo Cimbava.
Menurut Tawaluddin Haris, "kepulauan ini dengan persediaan air minum yang baik kualitasnya dan makanan yang dimilikinya dapat melayani pedagang-pedagang Melayu dan Jawa dan sekaligus tempat beristirahat dalam jalur pelayaran dari barat ke timur." tulisnya dalam Kerajaan Tradisional : Bima
Dimata penjelajah dan pedagang pada paruh abad 14 hingga 16 masehi, pulau Sumbawa disebutkan sebagai Java Menor, namun tidak begitu banyak catatan yang menjelaskan kenapa disebutkan demikian, nama tersebut kebanyakan ditemukan dalam peta pelayaran bangsa Portugis, kenapa disebutkan demikian? bisa jadi karena kemiripan pulau atau karena aktifitas perdagangan di pulau Sumbawa yang ramai seperti halnya pulau Jawa yang disebut oleh pelaut Portugis Java Mayor (Jawa Besar). Dalam peta-peta pelayaran Portugis pulau Bali dan Lombok di gambar amatlah kecil, seperti dalam peta Theodore De Bry dibuat tahun 1598.
Dalam jalur pelayaran setelah dari Malaka atau pulau Jawa, mereka langsung menuju pulau Sumbawa yang dimana adalah titik penting menunjang tempat mengisi perbekalan kapal mereka untuk melanjutkan menuju Maluku dalam misi pencarian rempah-rempah atau untuk berdagang. Pulau Sumbawa juga pada abad 16 seperti pelabuhan Bima sangat ramai dengan aktifitas perdagangan dan penghasil kayu celup (pewarna) terbesar di timur.
Oleh : Fahrurizki
0 comments Blogger 0 Facebook
Posting Komentar