ADS

Perjalanan panjang seorang Syekh Abdul Ghani al-Bimawy akan mengislamkan seluruh umat Budha di Selaparang, pulau Lombok. Menghadapi bentrokan dengan penguasa setempat yang keberatan dan melaporkan kepada Gubernur Hindia Belanda atas aktifitas syekh tersebut. Syekh Abdul Ghani datang disaat kondisi masyarakat disana tidak lagi percaya pada pejabat istana yang korup dan ketidak adilan pada kaum jelata.

Dalam jalan jihadnya hingga masyarakat sasak (Lombok) mempercayai bahwa syekh Abdul Ghani mempunyai karomah atau keistimewaan, hingga banyak masyarakat sasak masuk Islam. Ceramah Abdul Ghani yang sangat menyentuh hati masyarakat dan menggelorakan perlawanan kaum yang teraniaya oleh penguasa, kata-kata perlawanan yang membangkitkan semangat mereka untuk melawan dan memberontak kepada Mataram, hingga pengkultusan oleh masyarakat Menjeli menganggap bahwa Abdul Ghani adalah penjelmaan Raja Pejanggik (Depdikbud : 1977 : 96).

Foto Para Perempuan Algeria Abad 19 M (sumber : geneanet.org)

Hal inilah yang membuat para pangeran Selaparang khawatir karena kharisma Abdul Ghani yang semakin tenar dikalangan masyarakat disana dan menenggelamkan pengaruh para pangeran yang berkuasa. Dalam laporan kepada Gubernur Jendral Makassar para pangeran Selaparang sangat khawatir bila Abdul Ghani membawa kekuatan perang dari pulau Sumbawa ke tempat mereka.

Para pangeran Selaparang mengadukannya kepada pemerintah Hindia Belanda, menuduh bahwa Sultan Sumbawa telah dihasut oleh Abdul Ghani untuk berperang melawan mereka. Namun, laporan Selaparang ini tidak terkonfirmasi, meskipun atas perintah Gubernur Jenderal, penyelidikan dilakukan oleh otoritas sipil Bonthain, tim penyelidik dari Gubernur dikirim menggunakan Kapal Sylph menuju Lombok. Abdul Gani kemudian Melarikan diri menuju ke Bima kemudian ke Sumbawa, kedatangannya sangat dihormati oleh orang Bima sebagai ulama reformis (Netherlands. Departement van Zaken Oversee,1859).

Abdul Ghani telah lama berkelana ke Mekkah untuk belajar. Sepulangnya dari Mekkah kembali pulang sebagai seorang imam reformis. Ia terutama menentang sabung ayam, serta penggunaan opium. Dia juga melarang penggunaan perhiasan emas dan perak dan mewajibkan perempuan mengenakan cadar di jalan-jalan, sebagaimana praktik di Arab (Matthes,1872).

Setelah mengembalikan lagi religiusitas di Dompu, dia berdakwah lagi menuju pulau lombok, pertama kali mencoba upaya reformasinya di Lombok, awalnya dengan hasil yang memuaskan. Namun, kemudian Abdul Ghani ditolak tinggal di Lombok oleh penguasa negeri itu, yang juga mencoba membasmi para pengikut Syekh Abdul Ghani dengan api dan pedang.

Yang paling menjadi sasaran amuk orang selaparang terutama para perempuan yang telah mengenakan cadar, melihat perempuan bercadar di jalan, mereka mengamuk dengan cara yang paling kejam, bahkan menguliti para perempuan hidup-hidup dan memaksa mereka untuk menarik kulit punggung mereka ke atas kepala sebagai ganti cadar, sehingga kondisi mereka sangat mengenaskan, setelah disiksa kemudian mereka di jemur di bawah terik matahari (Matthes, 1872).

Abdul Ghani kemudian kembali ke Sumbawa, di sana dia memperoleh keberhasilan besar dakwahnya di kesultanan Sumbawa, terlebih lagi di tempat asalnya Dompu. Dia kembali ke Dompu saat era Sultan Muhammad Salahuddin. Namun di kampung halamannya dia mendapati kondisi masyarakat yang kembali kecanduan opium dan tradisi sabung ayam serta kriminal. Syekh Abdul Ghani menerima Sultan Muhammad Salahuddin sebagai muridnya, upaya Abdul Ghani dan Sultan Dompu mampu melarang dan menjaga kondisi social Dompu bebas dari kecanduan Opium, sabung ayam serta perkelahian, tulis Hoevel dalam buku catatan perjalananya Tijdschrift voor Nederland Indie.




Oleh Fahrurizki

Penulis Sejara dan Budaya





Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

0 comments Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
Mbojoklopedia © 2013. All Rights Reserved. Powered by Jelajah Bima
Top