Pada Wadu pa`a (Batu Pahat) terdapat beberapa bentuk pahatan untuk pemujaan Hindu bercampur dengan Budha, yang dibuktikan dari pahatan relief Ganesha, Budha, Chattra, Lingga dan Siwa Mahaguru. Relief tersebut dibuat pada sebuah tebing di pinggir pantai Desa Sowa, Soromandi, mempunyai dua bagian antara utara dan selatan yang berjarak kurang lebih 80 meter.
Pahatan tulisan pada tebing bagaian utara situs Wadu pa`a. (sumber : mbojoklopedia) |
Membuktikan tahun pembuatan Wadu Pa`a terdapat pahatan tulisan pada bagian bawah yang dikelompokkan dalam tiga pahatan. Pada kelompok pertama tulisannya tidak bisa baca, kelompok kedua terbaca sebagian yaitu “…Sake 631 (?), Wesaka..” lalu pada bagian kelompok ketiga ada dua barisan tulisan yaitu “…Sapta Dhya…” dan “…Ila..”. Hasil dari pengindikasian pahatan kelompok kedua yang tertera yaitu tahun 631 Saka (Utomo, Bambang Budi, 2014, “Situs Wadu Pa’a” dalam Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan).
Aksara yang dipakai juga termasuk salah satu aksara yang paling tua, dipakai pada abad 7 hingga 10 masehi. Pada pahatan tulisan dipakai aksara kuno berhuruf Pallawa yang berasal dari peninggalan Hindu (Sejarah Pelabuhan Bima, 2012).
Aksara Pallawa merupakan aksara paling tua yang berasal dari India bagian selatan, kadang juga aksara ini di tulis Pallava. Mulai digunakan sejak abad 3 masehi hingga 10 Masehi oleh dinasti Pallava yang pernah berkuasa di selatan India.
Dinasti Pallava adalah penganut ajaran Jainisme atau Jaina sebuah agama kuno di India, pendirinya adalah Nataputta Vardhamana hidup pada 527 hingga 559 sebelum masehi, Jaina mempunyai arti yaitu penaklukkan, dalam arti harfiahnya yaitu penaklukkan pada syahwati kehidupan. Aksara Pallawa di Nusantara digunakan oleh kerajaan Mullawarman (Kutai), pada abad 5 masehi. Juga terdapat di Jawa Barat pada prasasti Tarumanagara yang berasal pada abad 5 masehi juga.
Wadu Pa`a mempunyai kesamaan dengan prasasti yang terdapat di Kalimantan (Kutai), menurut Arkeolog UGM (Universitas Gajah Mada) Agustijanto Indradjaya, jejak Buddhisme juga telah diidentifikasi lebih jauh ke timur, di pulau Bima. di Wadu pa`a, caityas dengan sebuah prasasti tertanggal pada abad ketujuh telah ditemukan diukir di batu. kesamaan dengan prasasti batu pahat di kalimantan menunjukkan bahwa situs ini merupakan ujung timur ekstrim dari awal gelombang budaya Buddha, tulisnya dalam Early Traces of Hinduism and Budhism across the Java Sea yang dimuat dalam buku Lost Kingdoms: Hindu-Buddhist Sculpture of Early Southeast Asia.
Menurutnya juga (Agustijanto Indradjaya), selama awal abad Masehi, perdagangan maritim berkembang antara Cina dan India mengakibatkan munculnya pos perdagangan dan entrepots di asia tenggara khususnya di Indonesia, menurut data arkeologi mengumpulkan dalam beberapa tahun terakhir. penggalian terbaru dan survei di Sumatra Selatan, Jawa Barat, Bali, Kalimantan, dan Bima telah menghasilkan materi baru terkait dengan munculnya Permainan politik awal dipengaruhi oleh India, seperti kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan Kutai di Kalimantan Timur, dan penyebaran agama India di kepulauan (Nusantara) dimulai sekitar abad kelima atau keenam, tulisnya dalam Early Traces of Hinduism and Budhism across the Java Sea.
Bisa dipastikan bahwa aktifitas maritim di Bima sudah ada pada abad yang disebutkan diatas juga seperti yang tertera pada pahatan tulisan Wadu Pa`a 631 tahun Saka berarti pada tahun masehi masuk dalam dasawarsa kesatu abad 8 yaitu tahun 709 masehi.
Sebelum berdirinya Kerajaan Bima pada abad 13 masehi ada dua zaman yang terdapat di tanah Bima, Zaman Naka dan Zaman Ncuhi. Dalam hal ini penulis menduga bahwa pada zaman Naka mungkin bisa dikaitkan dengan penyebutan tahun Saka. Sejak ditemukan pada tahun 1910 oleh G.P Rouffer tidak disimpulkan dan penelitian tidak terperinci kala itu mengenai Wadu Pa`a sehingga banyak yang mengaitkan dengan berdirinya Kerajaan Bima dan dipahat oleh Sang Bima, namun sekarang setelah diteliti lebih terperinci oleh para Arkeolog dan sudah bisa dipastikan bahwa Wadu Pa`a dibuat pada abad 8 masehi, sedangkan Sang Bima mulai merintis Kerajaan Bima pada abad 13 masehi.
Menjadi pertanyaan penting, kenapa aksara Pallawa bisa didapati di timur Nusantara yaitu Bima, entah melalui perdagangan atau hubungan politik dengan masyarakat. Dalam hal ini juga membuktikan hubungan maritim Bima melalui Teluk dengan pendatang sudah berlangsung sejak lama dengan adanya bukti Wadu Pa`a tersebut.
Menurut I Ketut Ardhana, jauh sebelum Islam masuk aktivitas pelayaran di Bima sudah berlangsung sejak masa Hindu – Budha dibuktikan dengan adanya prasasti Wadu Pa`a (Batu Pahat), yang berbahasa Sansekerta dan berhuruf Pallawa, tulisnya dalam Penataan Nusa Tenggara pada Masa Kolonial 1915 – 1950.
Oleh : Fahrurizki
Referensi yg beragam sangat Baik jika memiliki banyak referensi seperti ini
BalasHapus