ADS


Sando Jara
 
Membahas tentang Pacoa Jara maka juga akan membahas tentang pawang kudanya atau dalam bahasa Bima disebut Sando Jara, pengertian dari istilah Sando Jara yaitu Sando yang berarti dukun dan Jara berarti kuda, di Bima sendiri penyebutan untuk berbagai profesi dukun di sebut Sando tergantung dari keahlian mereka misalkan dukun beranak disebut Sando Nggana. Bima dan Dompu sama dalam penamaan untuk Sando dan Sumbawa agak beda dalam penamaan dukun mereka yang di sebut Sandro.

Setiap perlombaan pacuan kuda dalam tradisi masyarakat Bima harus ada Sando yang tetap standby di kandang, karena kepercayaan masyarakat Bima saat pacuan kuda berlansung bukan hanya stamina dan kecepatan yang diandalkan tapi juga bacaan dan ramuan sangat penting. Bacaan para Sando Jara di Bima bisa juga membuat kuda-kuda tidak mau berlari, bacaan berupa ilmu batin dalam bahasa Bima kuno maupun dari Bahasa yang ada dalam Al-Qur`an yang sudah dari dulu para Sando pelajari. Kalau ramuan lain halnya dengan bacaan, dimana ramuan untuk kuda yaitu tumbuh-tumbuhan yang sejak dulu dipercaya mampu meningkatkan stamina kuda contohnya ro o sambi dan asam yang dimasak untuk memijat tubuh kuda supaya otot-otot kuda tidak kaku.

Para Sando Jara yang masih mengikuti cara lama atau cara tradisional leluhur mereka lebih konsisten dalam perawatan kuda secara alami untuk melatih kuda mereka, dan saat di arenapun mereka lebih menggunakan bacaan atau doa yang bisa membuat kuda itu berlari kencang. Lain halnya dengan para Sando Jara zaman sekarang, mereka lebih menggunakan metode yang sangat extrim di banding metode tradisional, misalkan menyiram air cabe pada pantat kuda supaya kuda itu larinya kencang, dan kadang juga ada yang menyuntikkan kuda dengan steroid maupun dophin.

Seorang Sando sedang membuat ramuan untuk kuda saat star

Ada beberapa hal yang sangat unik tentang para Sando yaitu pada saat kuda mereka akan berlomba dan posisi mereka di saat itu sedang buang air besar maka mereka tidak boleh membersihkannya tunggu sampai perlombaan selesai dan itu sebuah pantangan para Sando yang percaya akan hal itu, kadang ada juga para Sando yang tidak melakukan pantangan tersebut, dan kadang ada juga para Sando yang menggunakan mediasi dengan para jin untuk menjadikan kuda cepat dan kuat saat perlombaan.

Jenis –jenis Kuda Pacuan

Kuda-kuda dalam persepsi masyarakat Bima mempunyai jenis corak warna bulu dan kulitnya, dan bagi para ahli yang sudah mengenal kuda-kuda akan tahu mana kuda asli Bima dan mana kuda dari daerah lain, kuda Bima mempunyai cirri dan postur yang beda dengan kuda-kuda dari daerah lainnya, kuda Bima juga mampu bertahan dengan disegala medan hujan maupun cuaca panas.

Ada beberapa jenis corak warna kuda yang dipercaya mempunyai hubungan dengan para jin dan arwah leluhur mereka yaitu jenis kuda yang bercorak Lawu yaitu berwarna putih, tradisi dan persepsi masyarakat Bima ini sudah sejak dulu mereka melihat kuda juga itu dari warna karena masyarakat Bima percaya warna kuda juga membawa keberkahan atau dalam bahasa lokalnya “ma wa`a arujiki”. Karakteristik warna kuda juga menggambarkan perilaku kuda, contohnya kuda Ndere Keta ma Daro yaitu kuda berwarna hitam kecoklatan sangat liar.

Beberapa jenis warna dan karakteristik kuda sebenarnya sangat banyak tergantung warna dan coraknya juga mempengaruhi harganya, apalagi jika kuda tersebut sering memenangkan perlombaan, dari harga standar menjadi harga yang sangat tinggi.

Jenis – jenis warna kuda dalam sebutan masyarakat Bima :
-    Lawu = yang berwarna putih polos
-    Monca = yang berwarna kuning keemasan
-    Ndere Kala = coklat muda
-    Lawu Kala = putih bercampur merah
-    Komba = wrna dasar putih dan mempunyai bintik-bintik warna hitam
-     Lawu Cimbi = warna putih yang keabu-abuan
-    Ndere Hoa = warna coklat tua
-    Ndere Keta = warna hitam bercampur coklat tua
-    Karonde = warna bulu putih bercampur hitam
-    Komba Kala = warna merah bercampur belang putih
-    Me`e Fano = bulu hitam yang mempunyai bintik – bintik putih
-    Lawu Me`e = hitam polos
-    Karonde Monca = putih kekuning-kuningan
-    Komba Me`e = warna putih bercampur belang hitam

Itulah beberapa contoh kecil istilah jenis warna kuda dalam sebutan masyarakat Bima, tapi pada dasarnya kebanyakan masyakarat Bima sangat suka kuda yang berwarna hanya satu misalkan Lawu, Monca dan Ndere Kala.  Warna dan karakteristik juga merupakan lambang dari ketangkasan dan kecepatan kuda pacuan.

foto jenis kuda Lawu Kala (Kiri) dan lawu (kanan)
Legenda Kuda-kuda Pacoa

Sinar Sumbawa nama kuda kepunyaan Haji Saleh kuda pacuan paling terkenal di Bima pada era tahun 60-an, sinar sumbawa banyak memenangkan perlombaan sebagai jawara juara satu dalam setiap turnamen pacuan kuda di pulau sumbawa, saking cepatnya sinar sumbawa berbagai julukan diberikan oleh orang-orang seperti jara fou ninu ndaina (kuda mengejar bayangan sendiri), rai ese maipu angi (lari diatas angin) dan berbagai julukan lainnya.

Pada suatu hari di arena manggemaci tahun 1967 di hari jum`at siang hari pada saat orang akan pergi sholat jum`at, sinar sumbawa terlepas dari ikatannya padahal ikatan tersebut sangat erat diikat oleh sandonya, puluhan orang dikerahkan untuk mengejar sinar sumbawa tapi tidak mampu di tangkap, sinar sumbawa dengan kencangnya berlari menuju ke doro londa dan hilang ditelan hutan doro londa kata para sando sinar sumbawa terpilih sebagai kuda londa.

Setelah kejadian hilangnya sinar sumbawa di doro londa malamnya di arena pacuan kuda manggemaci beberapa orang mendengar kuda yang berlari yang di yakini itu sinar sumbawa, juga di doro londa orang melihat seekor kuda yang mirip dengan sinar sumbawa yang dipercaya menjadi kuda Ncuhi londa hingga muncul kepercayaan ai sangga sinar sumbawa bila ada yang mampu mendapatkannya dan memakaikan kepada kuda miliknya, kecepatannya akan secepat angin.

Kemudian tahun 1980-an banyak sekali kuda-kuda yang menjadi  favorit masyarakat seperti Goda Mata, Jauh Dimata, dan Tegas. Dan salah satu kuda yang paling banyak di perbincangkan pada saat itu adalah kuda yang bernama Baron didatangkan dari Sumba, kuda yang sangat cepat dan sering meraih juara hanya satu kelemahan Baron yaitu saat hujan turun dia tidak akan berlari dikarenakan takut akan hujan seperti halnya seekor kambing, tidak seperti kuda-kuda bima yang bertahan di segala medan hujan maupun terik matahari.

Oleh : Fahrurizki

0 comments Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
Mbojoklopedia © 2013. All Rights Reserved. Powered by Jelajah Bima
Top