Menjelajahi keindahan alam dan pesona semenanjung Sanggar sungguh sangat menarik dengan suguhan ala para petualang semakin menambah pengalaman kita, di jalur lingkar utara ini patut dicoba bagi yang suka akan tantangan belantara, untuk itu Mbojoklopedia akan mencoba menceritakan pengalaman saat menjelajahi jalur lingkar utara Tambora, keindahan alam sertas sejarahnya bersama tim Explore Bima.
Semenanjung Sanggar mungkin lebih dikenal dengan Tambora atau Kore yang wilayahnya masuk dalam daerah Tingkat II Kabupaten Bima. Dalam sejarah kerajaan Nusantara di Semenanjung Sanggar ini terdapat tiga kerajaan mandiri yaitu Sanggar, Tambora dan Pekat (Papekat), garis besar wilayah Kerajaan Sanggar yang terletak di sebelah timur semenajung, kerajaan Tambora yang terletak di bagian barat semenanjung, sedangkan kerajaan Pekat terletak di sebelah selatan semenanjung.
Berdirinya tiga kerajaan itu diperkirakan pertengahan abad 17, masing-msing wilayah tiga kerajaan tersebut mengelilingi kaki gunung Tambora atau yang dulunya di sebut gunung aram-aram waktu kekuasaan seorang raja dari Klungku di kengkelu atau sekarang di kenal dengan nama Tambora setelah pengaruh kerajaan Gowa masuk.
Tahun 1815 M tepatnya bulan April letusan gunung Tambora yang maha dahsyat sehingga menelan dua kerajaan yaitu kerajaan Tambora dan kerajaan Pekat rata dengan lahar panas hanya kerajaan Sanggar yang masih tersisa sampai tahun 1925 dan memilih bergabung dengan kerajaan Bima.
Setelah letusan gunung Tambora tahun 1815 M semenanjung Sanggar yang sangat mengerikan itu sekarang berubah menjadi semenajung yang indah dan elok dengan berbagai kearifan, banyak potensi-potensi yang luar biasa di semenanjung Sanggar seperti Alam dan sejarahnya yang sangat menarik. Seperti di Kore (Sanggar) terdapat sebuah pantai yang indah di Boro dengan ciri khasnya yaitu pantai seperti cermin pada waktu pagi dan di sebelah timur pantai Boro tepatnya Mene Manu`u juga terdapat bekas benteng kerajaan Sanggar untuk bertahan dari serangan kerajaan lain.
Kapal-kapal baga Masyarakat Kore di pantai Boro pagi hari |
Aktifitas para nelayan yang pulang menagkap ikan dengan menggunakan perahu tradisional yang disebut Baga pada waktu pagi saat mereka pulang melaut, biasanya kapal Baga digunakan pada malam hari dengan dipasangi lampu-lampu yang banyak untuk menarik perhatian ikan.
Di Kore juga terdapat Rade Na`e kuburan kuno para raja kerajaan Sanggar bisa menambah pengalaman bagi pecinta Traveller. Rade Na`e artinya kuburan besar yang dimana terdapat enam makam para bangsawan kerajaan Sanggar yang terletak di arah selatan lapangan Boro – Kore, sangat mudah untuk menuju makam Rade Na`e tinggal bertanya pada penduduk dan pasti akan di antar.
Di wilayah Kore juga terdapat Desa Piong yang tidak kalah menariknya untuk di kunjungi yaitu mata air Tampiro dan pantai Piong jaraknya masih sangat dekat dengan Kore, di mata air ini kita bisa istirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju kecamatan Tambora atau ke Satonda, mata air ini dipercaya oleh masyarakat lokal bisa memancarkan aura seperti raja bagi yang meminum atau hanya mengusap muka.
Makam Rade Na`e para Raja Sanggar di Boro - Kore |
0 comments Blogger 0 Facebook
Posting Komentar