Novel Tambora 1815
Apapun adanya, Novel Tambora 1815 telah memberikan gambaran peristiwa sebelum dan sesudah letusan Sang Ancala Tambora. Kita dibawa pada suatu masa yang tak terhirau, tentang pergulatan kepentingan, cinta dan kehidupan yang menyelimuti bumi Aram-aram dan bagaimana hegemoni politik eropa membasuh wajah-wajah lugu peradaban Tambora dan sekitarnya.
Alan Malingi, Penulis Novel Nika Baronta
Novel ini melampaui batas karakter dan tugas dasarnya menggambarkan peristiwa meletusnya gunung berapi di jantung Pulau Sumbawa itu. Ia hadir dari hasil elaborasi sejarah dan kerja etnografi yang intens sehingga menjadi perpaduan antara narasi historic dengan imagi kekinian. Menggunakan perspektif post-colonial studies dalam meneropong berbagai episode di seputar letusan Tambora, penulis berhasil member cara pandang kritis dan membongkar berbagai siasat dan muslihat kolonialisme, terutama Inggris, dalam konfigurasi politik dan dinamika konflik kerajaan-kerajaan di Nusantara dari abad ke-16 sampai abad ke-19. Lebih dari itu, dengan pendekatan sosiologi dan refleksi filosofis, novel ini menunjukkan bahwa bencana alam terbesar dalam sejarah modern itu merupakan titik balik kesadaran spiritual dalam merespons gejolak ekologikal dan prahara kemanusiaan.
Abu Du Wahid, Pemerhati Budaya
Novel ini akan membuka imajinasi pembaca tentang peradaban kehidupan di semenanjung sanggar khususnya Tambora sebelum letusan gunungnya 1815 terjadi, dalam novel ini penulisnya meracik dengan baik dari sisi politik, Budaya, Sejarah dan Alamnya. Sebuah fatamorgana peradaban kerajaan Tambora di hadirkan dalam novel ini dengan polesan yang tidak lupa dengan nilai-nilai kearifan lokal.
Mbojoklopedia
maaf kak sebelumnya, izin nanya ini untuk novel tentang Gunung Tamborannya masih ada terjual?
BalasHapus