ADS

Letusan gunung Tambora maha dahsyat di semenanjung Sanggar menorah sejarah kelam di Pulau Sumbawa, amukan sang maha Aram hingga menelan dua kerajaan Tambora dan Pekat  lenyap di permukaan. 2000 jiwa kerajaan pekat meninggal dan 6000 jiwa di Tambora lenyap dalam beberapa jam. Sumbawa, Dompu dan Bima tertutup oleh hujan abu selama dua hari. Sultan Sumbawa meninggal akibat udara yang sudah terkontaminasi oleh sulfur.

Lukisan William Turner: Mount Vesuvius in Eruption. Juga banyak karya-karya Turner yang terisnpirasi dari letusan Tambora 1815.

Pada semenanjung Sanggar terdapat tiga kerajaan di lereng Tambora yaitu Pekat, Tambora dan Sanggar. Dua kerajaan lenyap dalam seketika pada waktu subuh, kerajaan Tambora dan Pekat. Kerajaan Sanggar bertahan dengan jumlah penduduk yang tersisa 275 jiwa, meninggal 1100 jiwa. Menurut Zollinger jumlah penduduk kerajaan Sanggar sebelum letusan Tambora, tahun 1808 sekitar 2000 jiwa dan tahun 1815 sebanyak 2200 jiwa. Setelah Tambora bertahan ada 200 jiwa.

Paska letusan Tambora, ialah Owen Philips seorang letnan yang diutus oleh Stamford Raffles untuk membawa bantuan bencana tersebut, dia berlayar dari Makassar dan berlabuh di Bima pada tanggal 18 April 1815, lalu dia menuju Dompu untuk membawa bantuan. Saat di Dompu Owen Philips didatangi oleh Raja Sanggar yang selamat dari amukan sang Aram (Tambora).

Raja Sanggar Haliludayan memberikan laporan pada sang letnan bagaimana kondisi yang cukup mengerikan di semenanjung, semua air sudah teracuni oleh abu vulkanik, kuda-kuda semua meninggal, dalam keadaan yang mengerikan putri sang Raja juga meninggal akibat kelaparan, kemudian sang letnan memberikan sembilan puluh kojang beras kepada Raja Sanggar sesuai dengan amanah dari Gubernur Raffles. 

Sebagai saksi mata Raja Sanggar mengisakhan  bagaimana awal terjadinya letusan gunung Tambora, dia mengisahkan pada Owen Philips yang kemudian dikutip oleh Zollinger tahun 1847, sebagai berikut :

“Sekitar jam 7 sore, jam 10. April, tiga kebakaran terpisah pecah di puncak Tambora keluar lahar, tapi sepertinya, semua ada di dalam kawah. Lahar - lahar ini naik sangat terang tinggi di udara dan bersatu dalam aliran api. Saat ini, seluruh gunung ada di sana massa lava bercahaya mengalir di semua sisi. Seluruh cakrawala berdiri dalam api dan nyala api, sampai abu dan batu yang jatuh menjadi satu. Setelah cahaya dahsyat ini gelap di puncak. Pada  Sanggar jatuh tak terlukiskan banyak batu di bawa, beberapa sebesar dua kepalan tangan, tetapi kebanyakan tidak lebih besar dari kacang.”
Kemudian dalam kondisi yang sangat menyedihkan, sang Raja melanjutkan lagi kesaksiannya ketika hujan batu mulai turun dan merobohkan atap rumah penduduk Sanggar. 

“Antara jam 9 dan 10,banyak abu dan batu yang jatuh semakin bertambah tiba-tiba ada angin puyuh yang menggulingkan semua rumah di Sanggar dan desa-desa dibawa terbang ke udara. Di bagian Sanggar, yang berbatasan dengan tanah Tambora, adalah pohon-pohon terbesar dicabut dari tanah dengan akarnya, dan pada saat yang sama dengan rumah, orang dan Sapi dibawa pergi di udara. Laut tiba-tiba naik 12 kaki lebih tinggi dari sebelumnya seperti biasanya, dan suatu saat adalah satu-satunya ladang subur di pulau itu Orang-orang, rumah, dan semua yang ada di atasnya, di hempas oleh ombak. Mungkin angin yang disebutkan itu disebabkan oleh runtuhnya atau ledakan puncak yang, sama seperti ombak mungkin akibatnya, tiba-tiba menjadi vulkanik yang sangat besar terlempar ke laut. Puing-puing gunung berapi setinggi 3 kaki ke Sanggar.

Sebuah kekuatan yang sangat luar biasa Raja Sanggar mampu bertahan dalam amukan tsunami dan hujan batu serta angin puting beliung yang dahsyat mepora-porandakan seluruh kerajaan Sanggar dan seisinya. Kemudian penduduk Sanggar mengungsi pada dua tempat yaitu Banggo (Dompu) dan Nggembe (Bima). 

Juga dalam catatan manuskrip tua kesultanan Bima yang ditulis oleh Khatib Lukman, juga menggambarkan bagaimana mengerikan letusan tersebut dimana selama tiga hari Bima mengalami hujan debu dan gelap, pada siang hari sangat gelap bagaikan malam sehingga tiap rumah menyalakan lampu untuk menerangi.

  
Oleh : Fahrurizki




0 comments Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
Mbojoklopedia © 2013. All Rights Reserved. Powered by Jelajah Bima
Top