ADS

Memasuki paruh abad 20 di tanah Bima mulai mengalami perkembangan dan kemajuan dalam hal tata kehidupan modern pemerintahan. Sekolah, Rumah Sakit, fasilitas telpon dan listrik mulai masuk yang dimana semua berpusat di Kota Raba. Seluruh perkantoran pemerintahan Hindia Belanda untuk wilayah kepulauan sunda kecil dipusatkan di Pulau Sumbawa yaitu Raba-Bima.

Perkembangan Bima kearah kota Modern mulai berkembang pesat ditahun 1920, lalu diangkatnya Abdul Hamid sebagai Raja Bicara yang mempunyai visi membangun Bima kearah moderat mengikuti perkembangan Hindia yang disesuaikan dengan tradisi lokal dan agama. Pembangunan pusat perkantoran Hindia Belanda di Raba sejak abad 18 dibangun semua di atas tanah kesultanan.

Gereja Bethel, di bangun Sultan Bima, untuk para guru serta umat kristen menjalankan ibadah mereka. (Foto : Mbojokloipedia)

Melihat perkembangan kota Raba yang semakin banyak dihuni oleh kaum bangsa Eropa yang datang untuk bekerja atau berbisnis. Semakin banyak kegiatan dan aktivitas Para guru sekolah serta para perawat dan dokter mengharuskan juga pemerintah kesultanan Bima mendukung kegiatan mereka dalam menjalankan agama mereka yang tentu sangat berbeda dengan ideologi agama kesultanan.

Ketika penulis menemui KH Gani Maskur salah satu tokoh tertua Bima yang masih hidup hingga sekarang menceritakan bagaimana pedulinya Sultan Muhammad Salahuddin dan Raja Bicara Abdul hamid dalam menghormati aktifitas keagamaan kaum bangsa Eropa di Bima. “untuk menopang kebutuhan rohani mereka, Sultan dan Raja Bicara membangunkan mereka satu gereja, untuk tempat beribadah kaum bangsa Eropa, Gereja tersebut di beri nama Bethel”. Kata KH Gani Maskur di rumahnya (10/8/2017).

Aktifitas keagamaan di Bima sangat dijaga dan di hormati, Bima yang dikenal sebagai pusat Islam di kepulauan sunda kecil sangat menjaga hubungan baik denga agama lain. Ideologi Islam yang sudah menjadi bagian Bima sejak tahun 1640 merupakan jiwa dari orang Bima. Tak hanya agama Kristen yang bisa membangun tempat ibadah juga tempat ibadah agama lain seperti Hindu diijinkan, asal tetap menjaga dan menghormati agama orang Bima, tambah KH Gani Maskur.

Yunus Raepunya (48) seorang guru SMP 8 Negeri Kota Bima yang sudah sejak lama tinggal disekitar gereja hingga mengetahui sejarah gereja, dia menjelaskan kepada penulis (4/10/2017) bagaimana sejarah pembangunan Gereja Bethel atau lebih dikenal dengan nama Gereja Tua. Menurut Pak Yunus gereja dibangun atas pemberian tanah wakaf oleh Sultan, mulai di bangun sekitaran tahun 1930.
Memadukan gaya arsitektur eropa dan local yang tampak terlihat pada menara depan gereja berbentuk ‘Manggusu Waru’ seperti halnya menara Masjid Sultan di kampung Sigi, memadukan kearifan local dan modern oleh arsiteknya seorang Indo-Belanda.

Gereja Bethel selain dikenal dengan nama Gereja Tua juga dikenal dengan nama Gereja Ayam, dimana pada puncak menara terdapat seekor ayam yang merupakan symbol penyangkalan Petrus kepada Yesus. Gereja Bethel adalah gereja Protestan juga merupakan sebagai gereja pertama di Pulau Sumbawa yang dibangun. Memasuki tahun 1980-an gereja direnovasi dipasang tehel dan menggantikan sirapnya dengan seng, namun bentuk asli dari menara tetap dipertahankan seperti sedia kala untuk menghormati kearifan lokal Bima, kata Pak Yunus.

Selama awal mulai dibangun hingga kini hubungan pihak gereja dengan masyarakat sekitarnya tetap baik, seperti di tahun 1970-an ketika terjadi peristiwa kulit Babi yang dimana kulit babi diletakkan pada Masjid Rabangodu. Saat itu suasana mencekam namun Gereja tetap aman dan tidak diganggu, kisah pak Yunus yang sejak peristiwa itu dia duduk dibangku SMP. 

Gereja tua yang terletak di jalan Semangka Rabangodu Selatan ini juga merupakan simbol keberagaman agama di Bima yang berjalan dengan baik sejak dulu hingga sekarang didasari saling menghormati. Nama gereja Bethel sendiri yang berarti ‘Rumah Allah’. Perpaduan kearifan lokal dengan gaya eropa tetap dijaga oleh pihak pengururs gereja, bangunan peribadatan umat Protestan yang berdiri sudah 87 tahun ini menjadi bagian sejarah Bima dan saksi saling menghormati antar umat beragama di Dana Mbojo. 

Oleh : Fahrurizki





0 comments Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
Mbojoklopedia © 2013. All Rights Reserved. Powered by Jelajah Bima
Top