![]() |
Francis Drake yang diterima oleh Sultan Baabullah Ternate di istananya tahun 1579. Lukisan oleh Pieter Vander. (sumber : Marehand Library). |
Dari catatan Daghregister Belanda, eksistensi kerajaan ini sudah mulai ada sejak abad 17 hingga 20. Seringkali dikatakan lenyap saat erupsi gunung Tambora tahun 1815, namun semua itu salah kaprah sejarah mengenai Kerajaan Sanggar.
Kontak Kerajaan Sanggar dengan Islam ditulis pada tahun 1608 masehi sejak ekspansi politik kerajaan Gowa yang tercatat dalam lontaraq Gowa. Sanggar adalah anak emas dari kerajaan Gowa, karena ketika kedatangan mereka (Gowa) tidak ada perlawanan dari rakyat Sanggar bukan seperti kerajaan lain, jadi bisa dipastikan juga bahwa Sanggar mengenal Islam lebih awal dari kerajaan lainnya yang berada di Pulau Sumbawa.
Namun jauh sebelum kedatangan Gowa, abad 16 dalam penelitian Profesor Hagerdal, bahwa sejak kekuasaan Sultan Baabullah di Ternate naik tahta tahun 1570 hingga 1583, yang berhasil mengalahkan Portugis di Nusantara tahun 1573.
Dalam tongkat kekuasaan Sultan Baabullah ada 70 pulau yang berada dibawah naungan kesultanan Ternate, disebutkan juga Kerajaan Sanggar masuk dalam naungan Ternate kala itu. Tidak begitu banyak penjelasan dikala itu apakah Sanggar sudah membentuk kerajaan atau hanya wilayah kekuasaan.
Penelitian Profesor Hagerdal juga didukung oleh buku Profesor Truhart, menurut Truhart Pulau Sumbawa masuk pada abad 16 juga mempunyai hubungan dengan Ternate sekitaran tahun 1500-an (Bima dan Dompo), tulisnya dalam buku Regents of Nation, Part 3 Asia & Pacific Oceania.
Ketika Sultan Baabullah berkuasa, penentangan terhadap Portugis semakin gencar dilakukan dengan armada perang Kesultanan Ternate yang terkenal tangguh. Strategi yang diterapkan oleh Baabullah menempatkan dan mengangkat para pemimpin tangguh diberbagai wilayah kekuasaannya oleh sebab itu dia dijuluki penguasa 72 pulau.
Menurut penulis bahwa saat itu Sanggar sudah terbentuk sebuah kerajaan dibawah naungan Kesultanan Ternate yang dipimpin oleh seorang yang diangkat sebagai Sangaji, dalam hal ini kekuasaan Ternate lebih awal mempengaruhi tradisi di Sanggar kemudian diganti oleh kekuasaan Gowa yang masuk pada awal abad 17 di Pulau Sumbawa. dalam Corpus II dicatat pada 12 Agustus 1673 terjadi kesepakatan antara Raja Sanggar dengan Holstein untuk mengakui keabsahan Raja Dompu. Raja Sanggar dikatakan saudara dari Raja Bima.
Untuk memperluas pengaruh Kesultanan Ternate dan agama Islam, para pemimpin yang diangkat dari masing-masing wilayah pulau juga disebut Sangaji yang berarti golongan keluarga Raja Ternate untuk mewakili Sultan di daerah mereka, termasuk di wilayah Sanggar juga ditempatkan seoarng Sangaji. Sultan Baabullah menempatkan enam Sangaji di wilayah Nusa Tenggara yaitu Sangaji Solor, Sangaji Lawayong, Sangaji Lamaharra, Sangaji Kore (Sanggar), Sangaji Bali, Sangaji Mena dan Sangaji Dili (Wacana, 11 Februari 2013).
Sepak terjang Sultan Baabullah memberikan nama besar terhadap Kesultanan Ternate yang semakin disegani diberbagai Nusantara. Penyebarluasan Islam kala itu meningkat dan Sultan Baabullah merupakan ikon awal perlawanan terhadap kolonialisme di Nusantara, dia meninggal pada 25 Mei 1583 pada usia 53 tahun. Kontak Sanggar dengan Islam berlangsung pada saat Sultan Baabullah berkuasa, keterlibatan Sanggar membantu untuk mengalahkan Portugis.
Oleh : Fahrurizki
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar