ADS

“Maka turunlah daripada jalan Lawa Dewata, maka berjalan dahulu Ncuhi Parewa memakai sahlat merah berpakankan emas yang berkilat-kilatan dan serbet putih yang keemasan dan bersunting bulu burung udara dan bersemambu yang keemasan.” 

Bait diatas dikutip dari naskah satu Schoemann, Cerita Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-dewa, dimana menceritakan gagahnya seorang Ncuhi Parewa dengan pakaiannya yang sangat mewah  ketika mendampingi Raja Indra Zambrut dan Indra Komala saat ditandu menuju wilayah Ncuhi Padolo dan mengelilingi tanah Bima.

Foto group para Ncuhi, Patarasa (kepala dusun) Bima ketika menghadiri acara di Istana Kesultanan, tahun 1924. (Sumber : Tilema) 
Dalam pandangan masyarakat Bima dari generasi ke generasi kini, bahwa Ncuhi identik dengan sesuatu hal Supernatural dan kesaktian yang dimiliki oleh tiap Ncuhi. Berbagai cerita mengenai keajaiban seorang Ncuhi sering dijumpai di pelosok kehidupan masyarakat desa. Pesan-pesan yang disampaikan melampaui generasi yang melahirkannya berubah menjadi tradisi lisan (Jan Vansina, Tradisi Lisan Sebagai Sejarah, 2014).

Namun kisah lisan para Ncuhi yang diutarakan oleh orang-orang di Bima kadang diluar jangkauan nalar, seperti halnya kisah para raja dan para pendekar dahulu yang mempunyai kesaktian mandraguna di agungkan oleh rakyatnya. Kriterianya bergantung pada gagasan mengenai kebenaran, yang berbeda dari satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain dan yang harus dipelajari.(P. Thompson, 1978).

Terkait dengan agama Bima dahulu ditelaah dari segi kepercayaan “Makamba Makimbi” bahwa agama ini juga mempercayai adanya para Dewa yang disembah selain roh para leluhur (Waro). Para Dewa itu juga dipercaya memberikan kekuatan pada tiap Ncuhi yang tidak bisa dimiliki oleh orang biasa. Kisah para Ncuhi dimulai dari terbentuknya Kerajaan Bima pada abad 13 masehi yang hikayatnya bersumber dari naskah maupun lisan.

Misalkan Ncuhi Parewa yang merupakan panglima besar memiliki segala kesaktian, dia bertugas melindungi tanah Bima untuk ketentraman dan kedamaian. Dalam naskah Cerita Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-dewa, Ncuhi Parewa selalu bertugas mendampingi para raja ketika bepergian seperti yang tertulis dalam naskah Schoemann sebagai berikut :

“Panglima dualapan orang ke kanan dan dualapan di kiri yang memakai baju besi dan perisai tembaga dan pedang yang terhunus dua ke kanan dan ke kiri dan memegang cokmar dua ke kanan dan dua ke kiri dan memegang panah dua ke kanan dua ke kiri dan memegang kapak Cina dua ke kanan dua ke kiri.”

Lalu para Ncuhi di wilayah tengah (central), dimana mereka dikatakan sebagai para Ncuhi yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan bijak dalam bersikap. Para Ncuhi diwilayah tengah ini dipimpin oleh Ncuhi Dara, dalam kisah di ceritakan bahwa Ncuhi Dara adalah seorang yang bijak dan sangat memegang teguh adat istiadat para leluhur, ciri dari para Ncuhi tengah adalah mereka memakai baju yang serba putih.

“Maka berjalanlah Ncuhi Dara dan Ncuhi Padolo memakai kain putih dan berbaju putih dan destar putih dengan beberapa lasykar kerajaan mengiringi dia.” (Kerajaan Bima dalam Sastra dan Sejarah, 2004).

Dari kisah para Ncuhi yang tercatat dalam naskah Schoemann, Cerita Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-dewa, namun ada kisah Ncuhi yang menarik dari sumber lisan di desa Ncuhi, Padende oleh Ahmad Yusuf (51), mengenai kisah Ncuhi Pajo ini sangat berbeda dengan kebanyakan kisah para Ncuhi di tanah Bima.

Dikatakan bahwa Ncuhi Pajo adalah orang yang sangat mumpuni dalam menangani masalah yang melanda desa atau oleh orang Bima dulunya sebut sebagai “Supu Rasa”. Bermacam-macam masalah yang terjadi seperti konflik (perang saudara), musim panceklik dan lain-lain. Maka dipanggillah Ncuhi Pajo untuk diminta petuah dan bantuannya.

Namun ada pantangan yang harus dilakukan oleh orang-orang yaitu anak kecil harus naik diatas rumah dan tidak diperbolehkan untuk melihat Ncuhi Pajo sedang berjalan ataupun bayangannya. Jika pantangan itu dilanggar maka masalah tidak akan terselesaikan, dan kelaparan maupun konflik akan lebih merajalela, kata Pak Ahmad Yusuf.


Oleh : Fahrurizki




0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
Mbojoklopedia © 2013. All Rights Reserved. Powered by Jelajah Bima
Top